APAKAH
PENELITIAN ITU?
Jika
kamu bertanya pada orang yang berbeda biasanya akan mendapati jawaban yang
berbeda pula. Namun meskipun berbeda tetap mampunyai maksud yang sama.
Berikut ini beberapa
pendapat mengenai pengertian penelitian.
Menurut
Yoseph dan Yoseph, 1979, penelitian adalah art and science guna mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan. Karena seni dan ilmiah maka penelitian juga akan
memberikan ruang-ruang yang akan mengakomodasi adanya perbedaan tentang apa yang
dimaksud dengan penelitian.
Penelitian
dapat juga diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan
untuk mencari jawaban permasalahan atau proseso penemuan, baik itu discovery
maupun invention. Discovery diartikan hasil temuan yang memang sebetulnya sudah
ada, sebagai contoh misalnya penemuan Benua Amerika adlah penemuan yang cocok
untuk arti discovery. Sedangkan invention dapat diartikan sebagai penemuan
hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta. Misalnya hasil
Kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk
menemukan jenis yang baru.
Penelitian
adalah proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal
dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara
penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan
proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan,
memecahkan problem malalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang kembali
dengan cara yang sama dan hasil sama.
Pengertian
Penelitian menurut Kerlinger (1986) adalah proses penemuan yang mempunyai
karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan
hipotesis atau jawaban sementara. Beberapa karakteristik penelitian sengaja
ditekankan oleh kerlinger agar kegiatan penelitian memang berbeda dengan
kegiatan profesional lainnya. Penelitian berbeda dengan kegiatan yang
menyangkut tugas-tugas wartawan yang biasanya meliput dan melaporkan berita
atas dasar fakta. Pekerjaan mereka belum dikatakan penelitian, karena tidak
dilengkapi karakteristik lain yang mendukung agar dapat dikatakan hasil
penelitian, yaitu karakteristik mendasarkan pada teori yang ada dan relevan dan
dilakukan secara intensif dan dikontrol dalam pelaksanaannya.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian adalah
sauah seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan
metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada
teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada.
Kata
penelitian atau riset dipergunakan dalam pembicaraan sehari-hari untuk
melingkup spektrum arti yang luas, yang dapat membuat bingung mahasiswa yang
harus mempelajari arti kata tersebut dengan tanda-tanda atau petunjuk yang
jelas untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Dapat saja, sesuatu yang
dulunya dikenali sebagai penelitian ternyata bukan, dan beberapa konsep yang
salah tentunya harus dibuang dan diganti konsep yang benar.
Pada
dasarnya, manusia selalu ingin tahu dan ini mendorong manusia untuk bertanya
dan mencari jawaban atas pertanyaan itu. Salah satu cara untuk mencari jawaban
adalah dengan mengadakan penelitian. Cara lain yang lebih mudah, tentunya,
adalah dengan bertanya pada seseorang atau “bertanya” pada buku—tapi kita tidak
selalu dapat mendapat jawaban, atau kita mungkin mendapatkan jawaban tapi tidak
meyakinkan.
Pengertian
penelitian sering dicampuradukkan dengan: pengumpulan data atau informasi,
studi pustaka, kajian dokumentasi, penulisan makalah, perubahan kecil pada
suatu produk, dan sebagainya. Kata penelitian atau riset sering dikonotasikan
dengan bekerja secara eksklusif menyendiri di laboratorium, di perpustakaan,
dan lepas dari kehidupan sehari-hari.
Menjadi
tujuan makalah ini untuk menjelaskan pengertian dari penelitian dan
membedakannya dengan hal-hal yang bukan penelitian. Pengertian penelitian yang
disarankan oleh Leedy (1997: 3) sebagai berikut:
Penelitian
(riset) adalah proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis
informasi (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang fenomena
yang kita minati atau menjadi perhatian kita.
Mirip
dengan pengertian di atas, Dane (1990: 4) menyarankan definisi sebagai berikut:
Penelitian
merupakan proses kritis untuk mengajukan pertanyaan dan berupaya untuk menjawab
pertanyaan tentang fakta dunia. Seperti disebutkan di atas, mungkin di masa
lalu, kita mendapatkan banyak konsep (pengertian) tentang penelitian, yang
sebagian daripadanya merupakan konsep yang salah. Untuk memperjelas hal
tersebut, di bawah ini dikaji pengertian yang “salah” tentang penelitian
(menurut kita—kaum akademisi).
PENGERTIAN
YANG SALAH TENTANG PENELITIAN
Secara
umum, berdasar konsep-konsep yang “salah” tentang penelitian, maka perlu
digarisbawahi empat pengertian sebagai berikut:
(1)
Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)
(2)
Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain
(3)
Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi
(4)
Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian.
Lebih
lanjut kesalahan pengertian tersebut dijelaskan di bawah ini.
1.
Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)
Pernah
suatu ketika, seorang mahasiswa mengajukan usul (proposal) penelitian untuk
“meneliti” sudut kemiringan sebuah menara pemancar TV di kotanya. Ia
mengusulkan untuk menggunakan peralatan canggih dari bidang keteknikan untuk
mengukur kemiringan menara tersebut. Meskipun peralatannya canggih, tetapi yang
ia lakukan sebenarnya hanyalah suatu survei (pengumpulan data/informasi) saja,
yaitu mengukur kemiringan menara tersebut, dan survei itu bukan penelitian
(tapi bagian dari suatu penelitian). Para siswa suatu SD kelas 4 diajak gurunya
untuk melakukan “penelitian” di perpustakaan. Salah seorang siswa mempelajari
tentang Columbus dari beberapa buku. Sewaktu pulang ke rumah, ia melapor kepada
ibunya bahwa ia baru saja melakukan penelitian tentang Columbus. Sebenarnya,
yang ia lakukan hanya sekedar mengumpulkan informasi, bukan penelitian. Mungkin
gurunya bermaksud untuk mengajarkan keahlian mencari informasi dari pustaka
(reference skills).
2.
Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain
Seorang
mahasiswa telah menyelesaikan sebuah makalah tugas “penelitian” tentang teknik
-teknik pembangunan bangunan tinggi di Jakarta. Ia telah berhasil mengumpulkan
banyak artikel dari suatu majalah konstruksi bangunan dan secara sistematis
melaporkannya dalam makalahnya, dengan disertai teknik acuan yang benar. Ia
mengira telah melakukan suatu penelitian dan menyusun makalah penelitian.
Sebenarnya, yang ia lakukan hanyalah: mengumpulkan informasi/data, merakit
kutipan-kutipan pustaka dengan teknik pengacuan yang benar. Untuk disebut
sebagai penelitian, yang dikerjakannya kurang satu hal, yaitu: interpretasi
data. Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain menambahkan misalnya:
“Fakta yang terkumpul menunjukkan indikasi bahwa faktor x dan y sangat
mempengaruhi cara pembangunan bangunan tinggi di Jakarta”. Dengan demikian, ia
bukan hanya memindahkan informasi/data/fakta dari artikel majalah ke
makalahnya, tapi juga menganalis informasi/data/fakta sehingga ia mampu untuk
menyusun interpretasi terhadap informasi/data/fakta yang terkumpul tersebut.
3.
Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi
Seorang
Menteri menyuruh stafnya untuk memilihkan empat buah kotamadya (di wilayah
Indonesia bagian timur) yang memenuhi beberapa kriteria untuk diberi bantuan
pembangunan prasarana dasar perkotaan. Stafnya tersebut berpikir bahwa ia harus
melakukan “penelitian”. Ia kemudian pergi ke Kantor Statistik, membongkar arsip/dokumen
statistik kotamadya -kotamadya yang ada di wilayah IBT tersebut. Dengan
membandingkan data statistik yang terkumpul dengan kriteria yang diberi oleh
Menteri, ia berhasil memilih empat kotamadya yang paling memenuhi
kriteria-kriteria tersebut. Staf tersebut melaporkan hasil “penelitiannya” ke
Menteri. Sebenarnya yang dilakukan oleh staf tersebut hanyalah mencari data
(data searching, rummaging) dan mencocokknnya (matching) dengan kriteria , dan
itu bukan penelitian.
4.
Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian
Kata
“…penelitian” sering dipakai oleh surat kabar, majalah populer, dan iklan untuk
menarik perhatian (“mendramatisir”). Misalnya, berita di surat kabar: “Presiden
akan melakukan penelitian terhadap Pangdam yang ingin ‘mreteli’ kekuasaan
Presiden”. Contoh lain: berita “Semua anggota DPRD tidak perlu lagi menjalani
penelitian khusus (litsus)”. Contoh lain lagi: “Produk ini merupakan hasil
penelitian bertahun-tahun” (padahal hanya dirubah sedikit formulanya dan
namanya diganti agar konsumen tidak bosan).
PENGERTIAN
YANG BENAR TENTANG PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PROSES
Pengertian
yang benar tentang penelitian sebagai berikut, menurut Leedy (1997: 5):
Penelitian adalah suatu proses untuk mencapai (secara sistematis dan didukung
oleh data) jawaban terhadap suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap
permasalahan, atau pemahaman yang dalam terhadap suatu fenomena.
Proses
tersebut, yang sering disebut sebagai metodologi penelitian, mempunyai delapan
macam karakteristik:
1)
Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan.
2)
Penelitian memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.
3)
Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik.
4)
Penelitian biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-sub masalah yang
lebih dapat dikelola.
5)
Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan, atau hipotesis penelitian
yang spesifik.
6)
Penelitian menerima asumsi kritis tertentu.
7)
Penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data dalam upaya untuk
mengatasi permasalahan yang mengawali penelitian.
8)
Penelitian adalah, secara alamiahnya, berputar secara siklus; atau le-bih
tepatnya,
HUBUNGAN
PENELITIAN DAN PERANCANGAN
Hasil
penelitian, antara lain berupa teori, disumbangkan ke khazanah ilmu
pengetahuan, sedangkan ilmu yang ada di khazanah tersebut dimanfaatkan oleh
para perancang/perencana/pengembang untuk melakukan kegiatan dalam bidang keahliannya.
Menurut
Zeisel (1981), perancangan mempunyai tiga langkah utama, yaitu: imaging,
presenting dan testing, sedangkan imaging dilakukan berdasar empirical
knowledge. Perancangan/perencanaan/pengembangan, selain menggunakan pengetahuan
dari khazanah ilmu pengetahuan, juga mempertimbangkan hal-hal lain, seperti
estetika, perhitungan ekonomis, dan kadang pertimbangan politis, dan lain-lain.
Terhadap perencanaan/perancangan/pengembangan juga dapat dilakukan penelitian
evaluasi yang hasilnya juga akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
MACAM
TUJUAN PENELITIAN
Seperti
dijelaskan di atas, penelitian berkaitan dengan pertanyaan atau keinginan tahu
manusia (yang tidak ada hentinya) dan upaya (terus menerus) untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian, tujuan terujung
suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan
jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat beranak
cabang yang me ndorong penelitian lebih lanjut. Tidak satu orangpun mampu
mengajukan semua pertanyaan, dan demikian pula tak seorangpun sanggup menemukan
semua jawaban bahkan hanya untuk satu pertanyaan saja. Maka, kita perlu
membatasi upaya kita dengan cara membatasi tujuan penelitian. Terdapat bermacam
tujuan penelitian, dipandang dari usaha untuk membatasi ini, yaitu:
1)
eksplorasi (exploration)
2)
deskripsi (description)
3)
prediksi (prediction)
4)
eksplanasi (explanation) dan
5)
aksi (action).
Penjelasan
untuk tiap macam tujuan diberikan di bawah ini. Tapi perlu kita ingat bahwa
penentuan tujuan, salah satunya, dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pen-gethaun
yang terkait dengan permasalahan yang kita hadapi (“state of the art”). Misal,
bila masih “samarsamar”, maka kita perlu bertujuan untuk menjelajahi
(eksplorasi) dulu. Bila sudah pernah dijelajahi dengan cukup, maka kita coba
terangkan (deskripsikan) lebih lanjut.
1.
Eksplorasi
Seperti
disebutkan di atas, bila kita ingin menjelajahi (mengeksplorasi) suatu topik
(permasalahan), atau untuk mulai memahami suatu topik, maka kita la-kukan
penelitian eksplorasi. Penelitian esplorasi (menjelajah) berkaitan den-gan
upaya untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Penelitian yang
mempunyai tujuan seperti ini dip akai untuk menjawab ben-tuk pertanyaan “Apakah
X ada/terjadi?”. Contoh penelitian sederhana (dalam ilmu sosial): Apakah
laki-laki atau wanita mempunyai kcenderungan duduk di bagian depan kelas atau
tidak? Bila salah satu pihak atau keduanya mem-punyai kecend erungan itu, maka
kita mendapati suatu fenomena (yang mendorong penelitian lebih lanjut).
Penelitian eksplorasi dapat juga sangat kompleks. Umumnya, peneliti memilih
tujuan eksplorasi karena tuga macam maksud, yaitu: (a) memuaskan keingintahuan
awal dan nantinya ingin lebih memahami, (b) menguji kelayakan dalam melakukan
penelitian/studi yang lebih mendalam nantinya, dan (c) mengembangkan metode
yang akan dipakai dalam penelitian yang lebih mendalam. Hasil penelitian
eksplorasi, karena merupakan penelitian penjelajahan, maka sering dianggap
tidak memuaskan. Kekurang-puasan terhadap hasil penelitian ini umumnya terkait
dengan masalah sampling (representativeness)—menurut Babbie 1989: 80. Tapi
perlu kita sadari bahwa penjelajahan memang berarti “pembukaan jalan”, sehingga
setelah “pintu terbuka lebar-lebar” maka diperlukan penelitian yang lebih
mendalam dan terfokus pada sebagian dari “ruang di balik pintu yang telah
terbuka” tadi.
2.
Deskripsi
Penelitian
deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau
membedakannya dengan fenomena yang lain. Sebagai contoh, meneruskan contoh pada
bahasan penelitian eksplorasi di atas, yaitu misal: ternyata wanita lebih
cenderung duduk di bagian depan kelas daripada laki-laki, maka penelitian lebih
lanjut untuk lebih memerinci: misalnya, apa batas atau pengertian yang lebih
tegas tentang “bagian depan kelas”? Apakah duduk di muka tersebut berkaitan
dengan macam mata pelajaran? tingkat kemenarikan guru yang mengajar? ukuran
kelas? Penelitian deskriptif menangkap ciri khas suatu obyek, seseorang, atau
suatu kejadian pada waktu data dikumpulkan, dan ciri khas tersebut mungkin
berubah dengan perkembangan waktu. Tapi hal ini bukan berarti hasil penelitian
waktu lalu tidak berguna, dari hasil-hasil tersebut kita dapat melihat
perkembangan perubahan suatu fenomena dari masa ke masa.
3.
Prediksi
Penelitian
prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang memungkinkan
kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X) dengan mengetahui
(berdasar) hal yang lain (Y). Prediksi sering kita pakai sehari-hari, misalnya
dalam menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor minimal tertentu—yang artinya
dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai kemungkinan besar untuk berhasil
dalam studinya (prediksi hubungan antara skor ujian masuk dengan tingkat
keberhasilan studi nantinya).
4.
Eksplanasi
Penelitian
eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena atau lebih.
Penelitian seperti ini dipakai untuk menentukan apakah suatu eksplanasi
(keterkaitan sebab-akibat) valid atau tidak, atau menentukan mana yang lebih
valid diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing. Penelitian
eksplanasi (menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan, misalnya, “mengapa”
suatu kota tipe tertentu mempunyai tingkat kejahatan lebih tinggi dari
kota-kota tipe lainnya. Catatan: dalam penelitian deskriptif hanya dijelaskan
bahwa tingkat kejahatan di kota tipe tersebut berbeda dengan di kota-kota tipe
lainnya, tapi tidak dijelaskan “mengapa” (hubungan sebab-akibat) hal tersebut
terjadi.
5.
Aksi
Penelitian
aksi (tindakan) dapat meneruskan salah satu tujuan di atas den-gan penetapan
persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak sesuatu. Penelitian ini
umumnya dilakukan dengan eksperimen tidakan dan mengamati hasilnya; berdasar
hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui fenomena bahwa
meskipun suhu udara luar sudah lebih din-gin dari suhu ruang, orang tetap
memakai AC (tidak mematikannya). Dalam eksperimen penelitian tindakan dibuat
berbagai alat bantu mengingatkan orang bahwa udara luar sudah lebih dingin dari
udara dalam. Ternyata dari beberapa alat bantu, ada satu yang paling dapat
diterima. Dari temuan itu disusun persyaratan solusi terhadap fenomena di atas.
Ragam
Penelitian menurut Bidang Ilmu
Secara
umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan antara ilmu-ilmu dasar dan ilmu-ilmu terapan.
Termasuk kelompok ilmu dasar, antara lain ilmu-ilmu yang dikembangkan di
fakultas-fakultas MIPA (Mathematika, Fisika, Kimia, Geofosika), Biologi, dan
Geografi. Kelompok ilmu terapan meliputi antara lain: ilmu-ilmu teknik, ilmu
kedokteran, ilmu teknologi pertanian Ilmu-ilmu dasar dikembangkan lewat
penelitian yang biasa disebut sebagai
“penelitian dasar” (basic research), sedangkan penelitian terapan
(applied research) menghasilkan ilmu-ilmu terapan. Penelitian terapan (misalnya
di bidang fisika bangunan) dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar (misal:
fisika). Oleh para perancang teknik, misalnya, ilmu terapan dan ilmu dasar
dimanfaatkan untuk membuat rancangan keteknikan (misal: rancangan bangunan).
Tentu saja, dalam merancang, para ahli teknik bangunanT tersebut juga
mempertimbangkan hal-hal lain, misalnya: keindahan, biaya, dan sentuhan budaya. Catatan: Suriasumantri (1978: 29)
menamakan penelitian dasar tersebut di atas sebagai “penelitian murni”
(penelitian yang berkaitan dengan “ilmu murni”, contohnya: Fisika teori).
Pada
perkembangan keilmuan terbaru, sering sulit menngkatagorikan ilmu dasar
dibedakan dengan ilmu terapan hanya dilihat dari fakultasnya saja. Misal, di
Fakultas Biologi dikembangkan ilmu biologi teknik (biotek), yang mempunyai
ciri-ciri ilmu terapan karena sangat dekat dengan penerapan ilmunya ke praktek
nyata (perancangan produk). Demikian juga, dulu Ilmu Farmasi dikatagorikan
sebagai ilmu dasar, tapi kini dimasukkan sebagai ilmu terapan karena dekat
dengan terapannya di bidang industri. Karena makin banyaknya hal-hal yang masuk
pertimbangan ke proses perancangan/perencanaan, selain ilmu-ilmu dasar dan
terapan, produk-produk perancangan/perencanaan dapat menjadi obyek penelitian.
Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian evaluasi (evaluation
research) karena mengkaji dan mengevaluasi produk-produk tersebut untuk
menggali pengetahuan/teori “yang tidak terasa” melekat pada produk-produk
tersebut (selain ilmu-ilmu dasar dan terapan yang sudah ada sebelumnya). Bila
tidak melihat apakah penelitian dasar atau terapan, maka macam penelitian
menurut bidang ilmu dapat dibedakan langsung sesuai macam ilmu. Contoh:
penelitian pendidikan, penelitian keteknikan, penelitian ruang angkasa,
pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya (Arikunto, 1998:
11).[5]
Penelitian
Kualitatif Dan Kuantitatif
1.
Data Kualitatif diartikan sebagai data yang berupa angka yang tidak dapat
diolah dengan matematika atau statistic.
Data
yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar –biasanya berbentuk
pernyataan-pernyataan.
Analisis
data kualitatif merupakan proses menganalisis data dengan tidak menggunakan
statistik angka-angka.
Dalam penelitian ini
syarat penelitian ilmiah dapat disederhanakan yakni : memenuhi kriteria (1)
logico, hypotetico dan verifitatif. (2) menggunakan kaidah dan prosedur baku
dalam penelitian.
Penelitian
kualitatif mempergunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kulifikasinya
bersifat teoritis. Data sebagai bukti dalam menguji kebenaran dan
ketidakbenaran hipotesis. Pengolahan data dilakukan secara rasional. Jadi pada
dasarnya perbedaan kedua jenis penelitian ini terletak pada masalah analisa dan
penyajian data guna menguji hipotesis sebagai usaha memecahkan masalah yang
diselidiki.
2.
Data Kuantitatif adalah sebaliknya (yaitu: datanya bukan berupa angka yang
dapat diolah dengan matematika atau statistik).
Data
yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan dengan proses
skoring (contoh skor : baik = 3, cukup = 2, tidak baik = 1) dan sebagainya.
Terbagi menjadi dua
yaitu : data diskrit/nominal dan data kontinum.
Data
nominal : data yang hanya dapat digolongkan secara terpisah, secara deskrit
atau kategori.Data ini diperoleh dari hasil menghitung.
Dalam penelitian ini
dipergunakan data berupa angka / jumlah dengan berbagai klasifikasi, antara
lain berbentuk nilai rata – rata, presentase, nilai maksimum dll. Data tersebut
merupakan bukti yang dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan menunjukan
perbedaan, perbandingan, hubungan antara data yang satu dengan yang lainnya.
Pengolahan data dilakukan secara matematis dengan menggunakan berbagai rumus
statistika yang sesuai dengan sifat dan jenis data.
Ragam
Penelitian menurut Pembentukan Ilmu
Ilmu
dapat dibentuk lewat penelitian induktif atau penelitian deduktif. Diterangkan
secara sederhana, penelitian induktif adalah penelitian yang menghasilkan teori
atau hipotesis, sedangkan penelitian deduktif merupakan penelitian yang menguji
(mengetes) teori atau hipotesis (Buckley dkk., 1976: 21). Penelitian deduktif
diarahkan oleh hipotesis yang kemudian teruji atau tidak teruji selama proses
penelitian. Penelitian induktif diarahkan oleh keingintahuan ilmiah dan upaya
peneliti dikonsentrasikan pada prosedur pencarian dan analisis data (Buckley
dkk., 1976: 23). Setelah suatu teori lebih mantap (dengan penelitian deduktif)
manusia secara alamiah ingin tahu lebih banyak lagi atau lebih rinci, maka dilakukan
lagi penelitian induktif, dan seterusnya beriterasi sehingga khazanah ilmu
pengetahuan semakin bertambah lengkap. Secara lebih jelas, penelitian deduktif
dilakukan berdasar logika deduktif, dan penelitian induktif dilaksanakan
berdasar penalaran induktif (Leedy, 1997: 94-95). Logika deduktif dimulai
dengan premis mayor (teori umum); dan berdasar premis mayor dilakukan pengujian
terhadap sesuatu (premis minor) yang diduga mengikuti premis mayor tersebut.
Misal, dulu kala terdapat premis mayor bahwa bumi berbentuk datar, maka premis
minornya misalnya adalah bila kita berlayar terus menerus ke arah barat atau
timur maka akan sampai pada tepi bumi. Kelemahan dari logika deduktif adalah bila
premis mayornya keliru.
Kebalikan
dari logika deduktif adalah penalaran induktif. Penalaran induktif dimulai dari
observasi empiris (lapangan) yang menghasilkan banyak data (premis minor). Dari
banyak data tersebut dicoba dicari makna yang sama (premis mayor)—yang
merupakan teori sementara (hipotesis), yang perlu diuji dengan logika deduktif.
Ragam
Penelitian menurut Paradigma Keilmuan
Menurut
Muhajir (1990), terdapat tiga macam paradigma keilmuan yang berkaitandengan
penelitian, yaitu: (1) positivisme, (2) rasionalisme, dan (3) fenomenologi.
Ketiga macam penelitian ini dapat dibedakan dalam beberapa sudut pandang (a)
sumber kebenaran/teori, dan (2) teori yang dihasilkan dari penelitian.Dari
sudut pandang sumber kebenaran, paradigma positivisme percaya bahwa kebenaran
hanya bersumber dari empiri sensual, yaitu yang dapat ditangkap oleh
pancaindera, sedangkan paradigma rasionalisme percaya bahwa sumber kebenaran
tidak hanya empiri sensual, tapi juga empiri logik (pikiran: abstraksi,
simplifikasi), dan empiri etik
(idealisasi realitas). Paradigma fenomenologi menambah semua empiri yang
dipercaya sebagai sumber kebenaran oleh rasionalisme dengan satu lagi yaitu
empiri transcendental (keyakinan; atau yang berkaitan dengan Ke-Tuhan-an).
Dari
pandangan teori yang dihasilkan, penelitian dengan berbasis paradigma
positivisme atau rasionalisme, keduanya menghasilkan sumbangan kepada khazanah
ilmu nomotetik (prediksi dan hukum-hukum dari generalisasi). Di lain pihak,
penelitian berbasis fenomenologi tidak berupaya membangun ilmu dari
generalisasi, tapi ilmu idiografik (khusus berlaku untuk obyek yang diteliti).
Sering ditanyakan manfaat dari ilmu yang berlaku local dibandingkan ilmu yang
berlaku umum (general). Keduanya saling melengkapi, karena ilmu lokal menjelaskan
kekhasan obyek dibandingkan yang umum. Misal, kini sedang berkembang ilmu
tentang ASEAN (ASEAN studies). Manfaat dari ilmu semacam ini dapat dicontohkan
sebagai berikut: di negara barat, banyak orang ingin berdagang di ASEAN; agar
berhasil baik, mereka perlu mempelajari tatacara/kebiasaan/kultur berdagang di
ASEAN, maka mereka mempelajari ilmu lokal yang menjelaskan perbedaan tatacara
perdagangan di kawasan tersebut dibanding tatacara perdagangan yang umum di
dunia. Untuk lebih menjelaskan perbedaan antar ketiga macam penelitian berbasis
tiga macam paradigma yang berbeda tersebut, di bawah ini (lihat Tabel
Ragam-1)satu per satu dibahas lebih lanjut, terutama dari (a) kerangka teori
sebagai persiapan penelitian, (b)
kedudukan obyek dengan lingkungannya, (c) hubungan obyek dan peneliti,
dan (d) generalisasi hasil.
PENELITIAN
OPINI
Bila
peneliti mencari pandangan atau persepsi orang-orang terhadap suatu
permasalahan, maka ia melakukan penelitian opini. Orang-orang tersebut dapat
merupakan kelompok atau perorangan (jadi domain-nya dapat berupa kelompok atau
individual). Terdapat banyak ragam metode/teknik yang dapat dipakai untuk
penelitian opini perorangan, salah satunya yang populer dan formal adalah:
metode penelitian survei (survey research)1.
Selain
itu, penjaringan persepsi perorangan yang informal dapat dilakukan dengan
teknik wawancara. Untuk mengumpulkan opini kelompok, secara formal, dapat
dipakai metode Delphi. Metode ini dilakukan terhadap kelompok pakar, untuk
mengembangkan konsensus—atau tidak adanya konsensus—dengan menghindari pengaruh
opini antar pakar-pakar. Teknik informal untuk menggali opini kelompok dapat
dilakukan antara lain dengan curah gagas (brainstorming)3. Cara ini dilakukan
dengan (a) menfokuskan pada satu masalah yang jelas, (b) terima semua ide,
tanpa disangkal, tanpa melihat layak atau tidak, dan (c) katagorikan ide-ide
tersebut.
PENELITIAN
EMPIRIS
Empiris
terkait dengan observasi atau kejadian yang dialami sendiri oleh peneliti.
Penelitian empiris dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu: studi kasus,
studi lapangan, dan studi laboratorium. Ketiga macam penelitian ini dapat
dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu: (a) keberadaan rancangan eksperimen,
dan (b) keberadaan kendali eksperimen—seperti terlihat pada tabel berikut:

Teknik
observasi merupakan teknik yang dapat dipakai untuk ketiga macam penelitian
empiris di atas. Selain itu, untuk studi lapangan dapat dipakai teknik studi
waktu dan gerak (time and motion study), misal dibantu dengan peralatan kamera
video, TV sirkuit rertutup, atau alat “penangkap” kejadian (sensor) dan perekam
yang lain. Untuk studi laboratorium dapat dilakukan antara lain dengan simulasi
(misal dengan komputer).
PENELITIAN
KEARSIPAN/KEPUSTAKAAN
“Arsip”,
dalam hal ini, diartikan sebagai rekaman fakta yang disimpan. Kita bedakan tiga
tipe arsip, yaitu: (1) primer, (2) sekunder, dan (3) fisik. Dua tipe yang
pertama berkaitan dengan arsip tertulis, tape, dan bentuk -bentuk lain
dokumentasi. Arsip primer adalah rekaman fakta langsung oleh perekamnya (misal:
data perkantoran), sedangkan arsip sekunder merupakan hasil rekaman orang/pihak
lain. Tipe ketiga, yaitu arsip fisik, dapat berupa batu candi, jejak kaki, dan
sebagainya. Teknik informal dalam penelitian ini berupa antara lain: scanning
dan observasi.
Teknik
formal untuk arsip tertulis primer dapat dilakukan dengan metode analisis isi
(content analysis). Terhadap arsip sekunder dapat dilakukan teknik sampling,
sedangkan terhadap arsip fisik dapat dilakukan antara lain dengan pengukuran
erosi dan akresi (untuk penelitian arkeologi).
PENELITIAN
ANALITIS
Terdapat
problema penelitian yang tidak dapat dipecahkan dengan penelitian opini,
empiris atau kearsipan. Penelitian tersebut perlu dipecahkan secara analitis,
yaitu dilakukan dengan cara memecah problema menjadi sub-sub problema (atau
variabel-variabel) dan dicari karakteristik tiap sub problema (variabel) dan
keterkaitan antar sub problema (variabel).
Penelitian
analitis sangat menggantungkan diri pada logika internal penelitinya, sehingga
subyektivitas peneliti perlu dihindari. Untuk itu, penelitian analitis perlu
mendasarkan diri pada filsafat atau logika. Terdapat berbagai teknik formal
dalam penelitian analitis, antara lain: logika matematis, pemodelan matematis,
dan teknik organisasi formal (flowcharting, analisis jaringan, strategi
pengambilan keputusan, algoritma, heuristik). Catatan: Riset operasi merupakan
pengembangan dari penelitian analitis. Teknik informal untuk penelitian
analitis meliputi antara lain: skenario, dialektik, metode dikotomus, metode
teralogis—lihat Buckley dkk. (1976: 27).
RAGAM
PENELITIAN LAINNYA
Dalam
literatur terdapat banyak ragam penelitian menurut berbagai sudut pandang, dan
tidak semua ragam dapat dibahas disini. Pembahasan lain-lain hanya akan melihat
ragam penelitian bersumber dari tiga pustaka, yaitu buku Arikunto (1998), Suryabrata
(1983)4, dan Yin (1989)5.
1. Ragam Penelitian menurut pendekatan—sumber:
Arikunto (1998: 9-10)
Penelitian
dengan pendekatan longitudinal (satu obyek penelitian dilihat bergerak sejalan
dengan waktu)
Penelitian
dengan pendekatan penampang-silang (cross-sectional—yaitu banyak obyek
penelitian dilihat pada satu waktu yang sama).
2. Ragam Penelitian—sumber: Suryabrata (1983:
15-64)
Historis
(membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif)
Deskriptif
(membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan
sifat populasi atau daerah tertentu)
Perkembangan
(menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi
waktu)
Kasus/Lapangan
(mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan suatu obyek)
Korelasional
(mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor
lain berdasar koefisien korelasi)
Eksperimental
sungguhan (menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan
kontrol/kendali)
Eksperimental
semu (mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak
memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi
situasi dengan pengendalian)
Kausal-komparatif
(menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan
eksperimen—dilakukan denganpengamatan terhadap data dari faktor yang diduga
menjadi penyebab, sebagai pembanding)
Tindakan
(mengembangkan ketrampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung
serta dikaji hasilnya).
MENURUT
YIN

RAGAM
PENELITIAN & SYARAT PENELITIAN
Melihat
banyak ragam penelitian dari berbagai sudut pandang dan dari berbagai pendapat
para penulis, maka kita perlu hati-hati dalam menyebut ragam penelitian kita,
karena dengan istilah yang sama tapi orang lain mungkin menangkap artinya
secara berbeda. Sering pula untuk satu pengertian yang sama tapi diberi istilah
yang berbeda. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa penelitian perlu dilakukan
dengan syarat:
SISTEMATIK
(menuruti prosedur tertentu, tidak ruwet), dan
OBYEKTIF
(tidak subyektif, dengan sampel yang cukup, dipublikasikan agar dapat
dievaluasi oleh kelompok pakar bidangnya/ peer)
PENGERTIAN
PROPOSAL
Untuk
mengetahui arti dari proposal, berikut saya sertakan pengertian proposal dari
beberapa pandangan dari para ahli:
Hasnun Anwar (2004 :
73) proposal adalah : rencana yang disusun utnuk kegiatan tertentu.
Jay (2006 : 1) proposal
adalah alat bantu manajemen standar agar menajemen dapat berfungsi secara
efisien.
Pengertian
Proposal Menurut KBBI (2002) adalah rencana yang dituangkan dalam bentuk
rancangan kerja, perencanaan secara sistematis, matang dan teliti yang dibuat
oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian, baik penelitian di lapangan
(field research) maupun penelitian di perpustakaan (library research).
Keterampilan menulis proposal perlu dimiliki setiap insan berpendidikan agar
mereka terbiasa berpikir sistematis-logis sebagaimana di dalam langkah-langkah
penulisan proposal.
Pengertian
Proposal Dari sudut pandang dunia ilmiah, pengertian proposal ialah rancangan
dari suatu usulan sebuah penelitian yang kemudian akan dilaksanakan oleh
peneliti terhadap bahan penelitiannya. Dalam pengertian proposal ini itu
berarti proposal sama halnya dengan usulan.Ada juga yang menyatakan bahwa
pengertian proposal itu ialah suatu permintaan atau dapat juga dikatakan
sebagai saran yang ditujukan kepada seseorang, instansi, organisasi, suatu
badan, atau suatu kelompok untuk menjalankan atau melaksanakan suatu pekerjaan.
Tujuan
Proposal adalah memperoleh bantuan dana,memperoleh dukungan atau sponsor, dan
memperoleh perizinan. Unsur-unsur proposal yaitu, nama/ judul kegiatan,
pendahuluan,tujuan, waktu dan tempat, sasaran kegiatan, susunan panitia,
anggaran, penutup, tanda tangan dan nama terang.
FUNGSI
PROPOSAL
Fungsi
proposal untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan agama, sosial,
politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.
1. Fungsi proposal
untuk mendirikan usaha kecil, menengah, atau besar.
2. Fungsi proposal
untuk mengajukan tender dari lembaga-lembaga pemerintah atau swasta.
3. Fungsi proposal
untuk mengajukan kredit kepada bank.
4. Fungsi proposal
untuk mengadakan acara seminar, diskusi, pelatihan, dan sebagainya.
JENIS
JENIS PROPOSAL
Secara umum proposal
dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
Proposal Bisnis -
proposal ini berkaitan dengan dunia usaha baik itu perseorangan maupun kelompok
dan contoh dari proposal ini misalnya proposal pendirian usaha, proposal dalam
bentuk kerjasama antar perusahaan.
Proposal Proyek - pada
umumnya proposal proyek ini mengacu pada dunia kerja yang berisikan serangkaian
rencana bisnis atau komersil misalnya proposal proyek pembangunan.
Proposal Penelitian -
Jenis proposal ini lebih sering digunakan di bidang akademisi misalnya
penelitian untuk pembuatan skripsi, tesis dan lainnya.
isi dari proposal ini
adalah pengajuan kegiatan penelitan.
Proposal
Kegiatan - yaitu pengajuan rencana sebuah kegiatan bak itu bersifat individu
maupun kelompok misalnya proposal kegiatan pentas seni budaya.
Berdasarkan bentuknya
proposal terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
Proposal
bentuk formal - Proposal berbentuk formal terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
bagian pendahuluan, isi proposal, dan bagian pelengkap penutup. Bagian
pendahuluan terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar (kata
pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan. Bagian isi
proposal terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan ruang
lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia
(susunan panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya. Sedangkan bagian
pelengkap penutup berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya.
Proposal
bentuk non formal - proposal non formal ini tidak selengkap proposal formal dan
biasanya disampaikan dalam bentuk memorandum atau surat. proposal non formal
harus selalu mengandung hal-hal berikut yaitu, masalah, saran, pemecahan, dan
permohonan.
Proposal
semi formal - jenis proposal ini hampir sama dengan proposal non formal karena
tidak selengkap jenis proposal formal.
UNSUR-UNSUR
PROPOSAL
Latar
belakang masalah, Dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan,
baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi
masalah yang diteliti. Selain itu, dipaparkan secara ringkas tentang teori,
hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar, dan diskusi ilmiah maupun
pengalaman pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan
demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang
lebih kokoh.
Rumusan
masalah, Rumusan masalah dinyatakan secara tersurat berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Dalam hal ini hendaknya
rumusan masalah disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam
bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel
yang diteliti dan dapat diuji secara empiris.
Tujuan
penelitian, Tujuan penelitian diungkapkan pada sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian.Tujuan penelitian mengacu pada rumusan penelitian dan berupa
pernyataan.
Hipotesis,
Hipotesis diajukan berupa jawaban sementara terhadap masalah penelitian agar
hubungan antara masalah yang diteliti dengan kemungkinan jawabannya lebih
jelas.Adapun rumusan hipotesis yang baik hendaknya: dituangkan dalam bentuk
kalimat pernyataan, dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, dapat diuji
secara empiris, dan menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
Asumsi
penelitian, Asumsi penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Dalam hal
ini tidak perlu dibuktikan kebenarannya, tetapi dapat langsung memanfaatkan
hasil penelitian yang diperolehnya dari orang lain melalui karya tulisnya.
Manfaat
penelitian, Manfaat penelitian ditunjukkan untuk mengenai pentingnya penelitian
terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas.
Dengan kata lain, bagian ini berisi alasan kelayakan atas masalah yang
diteliti.
Ruang
lingkup, dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian
dikemukakan karena sering dihadapi keterbatasan ruang lingkup kajian yang
terpaksa harus dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian,
ataupun karena alasan logistik. keterbatasan penelitian karena kendala yang
bersumber dari adat, tradisi, etika, dan kepercayaan yang tidal memungkinkan
peneliti mencari data yang diinginkan.
Kajian
pustaka, dan Kajian pustaka memaparkan teori-teori yang disusun berdasarkan
kemutakhiran dan relevansi yang diperlukan dalam penelitian.
Definisi
operasional. Definisi operasional adalah definisi yang dirumuskan berdasarkan
hal yang yang dapat diamati oleh peneliti. Definisi operasional bukan definisi
berdasarkan kamus atau pendapat para ahli. Hal ini diperlukan terutama untuk
istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok dalam penelitian
juga untuk menghindari perbedaan persepsi.
Sumber :